kali kedua, angin besar berhembus kuat di luar istana. Kasus Bank Century yang masih bergulir bak bola salju ini kini juga menyeret sejumlah nama, termasuk pemimpin bangsa ini. Hak angket yang diusung oleh DPR kini sedang berjalan, nama – nama seperti Sri Mulyani (MenKeu) dan Boediono (Wapres) juga ikut masuk dalam daftar yang akan diselidiki dalam keterkaitannya kasus Bank Century. Tidak berhenti di situ saja, 100 hari kepemimpinan SBY juga dihangatkan oleh isu besar lain dengan munculnya buku Gurita Cikeas karya George Aditjondro. Buku yang menggemparkan penghuni Istana ini merupakan episode baru bagi SBY dan kebebasan berekspresi rakyat Indonesia sejak runtuhnya rezim Orde Baru. Buku yang di dalamnya mencoba menguak aliran dana kampanye SBY pada masa kampanye Capres lalu disinyalir kuat akan membuat telinga para penguin Cikeas dan kerabat Istana sedikit panas. Bahkan sebelum diluncurkan secara resmi buku edisi pra-cetak pun sudah mulai diburu baik berupa format fisik (cetak) maupun format digital (e-book). Sampai pada akhirnya pada beberapa waktu lalu George Aditjondro secara resmi melaunching bukunya dan disertai diskusi (bedah buku). Dalam acara tersebut dihadiri beberapa pakar politik dan ekonomi termasuk kerabat dekat Istana, Ramadhan Pohan. Sempat terjadi insiden antara George dan Ramadhan saat Ramadhan Pohan menilai buku tersebut tidak layak dan isinya tidak valid karena beberapa temuan bukan hasil dari penelitian sendiri, merasa tersinggung dengan pernyataan Ramadhan, George langsung melayangkan bukunya sendiri ke wajah Ramadhan Pohan. Namun, situasi yang panas tersebut berhasil diredam dan Ramadhan meninggalkan tempat tersebut.Inilah fenomena demokrasi yang hangat di penguhujung tahun 2009, “buku putih” semacam ini merupakan bukti bahwa demokrasi di Indonesia sudah cukup maju dari masa sebelumnya, kita bisa menilai dan menduga apa yang akan terjadi apabila buku macam ini terbit di masa Orde Baru? Kedewasaan demokrasi tentunya harus diikuti oleh para pelaku demokrasi (baca : wakil rakyat & pemerintah) begitu pun dengan masyarakat termasuk George, para penulis lain, masyarakat yang pro maupun kontra terhadap pemerintahan SBY jilid II sekarang. Perbuatan yang dilakukan George dengan melayangkan buku ke wajah Ramadhan seharusnya tidak perlu terjadi jikalau George menghargai prinsip dalam demokrasi. Buku dibalas buku, kritik dibalas bukti begitulah jargon yang sempat mengemuka di beberapa kalangan. Banyak pihak menilai langkah yang dilakukan George sangat berani adapula yang menyebut gegabah dan mencari sensasi. Pihak lain menilai, buku ini belum layak terbit, masih banyak fakta dan bukti yang bukan hasil dari penelitian sendiri, masih banyak yang hasil comot (ambil) sana – sini. Di luar istana pun muncul aksi yang dilakukan oleh simpatisan SBY yang menggelar aksi menentang buku Gurita Cikeas ini dengan menyebut George antek asing dan munculnya buku ini ditumpangi oleh kepentingan politik lain.
Angin yang dahulu sepoi – sepoi kini semakin kencang berhembus, dimasa pemerintahan SBY jilid II ini, berbagai isu muncul yang mencoba untuk menggoyang SBY dari kursi Presiden, inilah kali ketiga People Power kembali bergolak setelah Soekarno, Soeharto, dan kini Susilo (SBY). Apakah SBY mampu bertahan di kursi panasnya? Kita tunggu saja langkah apa yang diambil oleh SBY di awal 2010 ini, solusikah? Atau muncul aksi tandingan yang lebih besar untuk melawan arus massa yang mencoba menggoyang kursinya. Selamat Berkarya Pak!
Sumber foto:
media.vivanews.com/




